https://banjarbaru.times.co.id/
Berita

Menelusuri Jejak Singa Tegalsari Ponorogo, Ziarah Perjuangan Kyai Kanjeng Bagus Hasan Besari

Jumat, 19 Desember 2025 - 08:33
Menelusuri Jejak Singa Tegalsari Ponorogo, Ziarah Perjuangan Kyai Kanjeng Bagus Hasan Besari Makam Kyai Ageng Muhammad Besari dan cucunya Kyai Ageng Hasan Besari Tegalsari Ponorogo selalu menjadi jujugan peziarah menjelang bulan suci Ramadan. (FOTO: Marhaban/TIMES Indonesia)

TIMES BANJARBARU, PONOROGO – Gema tahlil lamat-lamat terdengar dari balik dinding kayu jati Masjid Jami’ Tegalsari Kabupaten Ponorogo.

Di komplek pemakaman yang tenang ini, bersemayam sosok raksasa intelektual dan spiritual Jawa, Kyai Kanjeng Bagus Hasan Besari.

Beliau bukan sekadar ulama, melainkan simbol perlawanan kultural yang membuat kolonial Belanda terjaga dari tidur nyenyaknya.

​Puncak Keemasan Tegalsari

​Kyai Hasan Besari merupakan cucu dari sang pendiri, Kyai Ageng Muhammad Besari. Di bawah kepemimpinannya pada abad ke-19, Pesantren Tegalsari mencapai titik nadir kejayaan dengan jumlah santri mencapai ribuan yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara.

​Jejak intelektualitasnya tidak main-main. Di sinilah Raden Ngabehi Ronggowarsito, sang pujangga besar tanah Jawa, ditempa hingga menemukan kedalaman batinnya.

Makam-Kyai-Ageng-Muhammad-Besari-dan-cucunya-Kyai-Ageng-Hasan-Besari-Tegalsari-Ponorogo-a.jpg

Ketokohan Kyai Hasan Besari yang karismatik membuatnya memiliki pengaruh besar baik di kalangan rakyat jelata maupun bangsawan kraton, sebuah kekuatan yang di kemudian hari dianggap sebagai ancaman serius bagi Pemerintah Kolonial Belanda.

​Karena pengaruhnya yang melampaui batas-batas pesantren, Kyai Hasan Besari sempat diasingkan oleh Belanda ke Belanda (namun hanya sampai Batavia/Surabaya dalam beberapa catatan) karena dituduh mendukung perlawanan rakyat.

Namun, kuatnya desakan dari pihak keraton dan kecintaan rakyat membuatnya kembali ke Tegalsari hingga akhir hayatnya.

Penyambung Sanad Perjuangan

​Ditemui di kawasan situs cagar budaya Tegalsari, salah satu perwakilan dzuriyah (keturunan), Kunto Purnomo, menekankan bahwa ziarah ke makam leluhurnya bukan sekadar ritual mencari berkah, melainkan upaya menyambung sanad perjuangan.

​"Eyang Kyai Hasan Besari adalah potret ulama yang teguh. Beliau mengajarkan bahwa kemandirian bangsa dimulai dari kemandirian berpikir dan spiritual. Kami, para dzuriyah, mengemban amanah untuk memastikan nilai-nilai luhur Tegalsari tidak tergerus zaman," ujar Kunto Purnomo kepada TIMES Indonesia, Jumat (19/12/2025)

​Ia juga berharap pemerintah dan masyarakat luas dapat terus menjaga keaslian situs Tegalsari sebagai pusat edukasi sejarah, bukan sekadar objek wisata religi. (*)

Pewarta : M. Marhaban
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banjarbaru just now

Welcome to TIMES Banjarbaru

TIMES Banjarbaru is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.