TIMES BANJARBARU, JAKARTA – Pelatih timnas Amerika Serikat, Mauricio Pochettino, mengambil pendekatan yang tidak biasa dalam mempersiapkan Piala Dunia 2026. Dia berencana hanya membawa 26 pemain—jumlah pemain untuk skuad final—ke pemusatan latihan terakhir, menghindari praktik memangkas pemain di hari-hari jelang turnamen.

Bagi Pochettino, memulangkan pemain setelah mereka berlatih dan berharap adalah tindakan yang "lebih kejam" dibandingkan memilih skuad final dari awal.

"Menurut saya, lebih mudah memang memanggil lebih dari 26 pemain. Tapi saya harus memikirkan sisi kemanusiaan dan keinginan mereka. Saya tidak ingin pemusatan latihan berakhir dengan: 'Kamu latihan, latihan, dan latihan. Lalu kamu pulang.' Itu berat," ujar Pochettino, sebelum laga uji coba melawan Paraguay yang digelar, Minggu (16/11/2025). Dalam pertandingan ini, Amerika Serikat menang 2-1. 

Pertimbangan Lain: Cedera dan Chemistry

Meski membawa skuad kecil, Pochettino mengakui bahwa grup yang lebih besar akan memudahkan untuk mengevaluasi pemain yang cedera dengan calon penggantinya secara langsung.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah chemistry tim. Pochettino dengan gamblang menyatakan bahwa chemistry tidak bisa diciptakan secara instan.

"Anda tidak bisa jadi Harry Potter, bukan?—lalu menyentuh dan berkata: 'Jadilah chemistry'," katanya.

Beberapa nama besar seperti Christian Pulisic, Tyler Adams, dan Weston McKennie absen dari pemusatan latihan ini. Pochettino menegaskan bahwa reputasi tidak menjamin tempat di tim.

"Tidak ada yang boleh merasa aman. Federasi lebih besar dari nama-nama. Ini adalah tim nasional, representasi negara. Itu untuk semua orang," tegasnya.

Hitungan Mundur Menuju Piala Dunia

Setelah laga melawan Paraguay dan Uruguay, hanya tersisa dua laga uji coba pada Maret sebelum Pochettino mengumumkan skuad final Piala Dunia. Kapten tim AS, Tim Ream menggambarkan sisa waktu yang ada hanya setara dengan "10 sesi latihan".

Desakan waktu ini, menurut Ream, langsung terasa dalam intensitas latihan.

"Saya tidak tahu apakah ini keputusasaan, tapi ini adalah fokus yang intens. Ada 'gigitan' lebih dalam latihan. Ada intensitas, lebih banyak agresivitas. Para pemain melakukan segala cara untuk menjadi bagian dari tim. Dan itu hal yang baik. Mereka sangat ingin menjadi bagian dari grup, tim, dan Piala Dunia di tanah air sendiri," pungkas Ream. (*)